Kamis, 27 Maret 2014

PEREMPUAN SENJA

PEREMPUAN SENJA

kau, wanita
di punggungmu gemercik senja
cahaya yang diredupkan
jejak-jejak lelaki hujan

cinta terbaik tak seharusnya singkat dan padam
oleh dingin dan sepi yang mengintip gaun malam
dari geliat rindu yang terpendam
hingga di rahimmu memeram dendam

duhai, perempuan
sepanjang kenang adalah pelarian
yang lebih rapuh dari impian
semoga kau temukan doa ibu yang memantrai perjalanan

OT
JKT'280314

Selasa, 25 Maret 2014

PEREMPUAN KABUT

PEREMPUAN KABUT

hujan datang lebih pagi dari puisi
secangkir kopi dan aroma sepi
masih serasa mimpi mendengar suaramu kembali
mengalir lebih deras dan tinggi
seperti juga lengking subuh tadi
menggetarkan nyali, tak mungkin lagi kuberlari

seseorang dalam diriku bersikeras mengingkarimu
ia lebih memilih menutup pintu
menambahkan batu-batu ke dalam tungku
berharap baranya tak lekas abu
mulailah ia mengutuk ingatan tentang telaga biru
malam-malam membeku
leleh anggur dan darah di bibirmu

kulihat wajahmu rembulan
yang sebagian jatuh di deret pinus hutan
nyala yang ditangguhkan
seringai dingin tersamarkan
lirih, pesona dan kebencian
selalu saja kau tempatkan di ketinggian
tentangmu perempuan
seperti kabut yang mengelabui pandangan

คкรคгค  ђคtเ
๏ภ๏  tкรђ
ןкt 010314

TIGA DENYUT KUATRIN

TIGA DENYUT KUATRIN

KABAR DARI SEBERANG

Senja dan hujan bertumbuk di kaca jendela
Getar-getarnya pecah merayapi telinga
Pelan-pelan sampai juga di pangkuan
Kudekap dalam basah lamunan

BERCERMIN

Kulihat rupa-rupa topeng yang buruk di dalamnya
Celakanya hampir semua pernah kukenakan
Entah kenapa aku hilang wajah itu yang teduh bulan
Ah, jika saja tak melupa nama-nama di saku barisan tua

DUA SAJAK PEREMPUANKU

1/
Setiap kumenatapmu
Mengalir puisi tanpa kata-kata
Saat kau tertunduk putri malu
Doa-doa bersorak di dada

2/
Kekasih, tuliskanlah geliat rindu
Di hati yang mengeras batu
Biarkan puisi menyatu
Di jemarimu, menjelma buku

คкรคгค  ђคtเ
๏ภ๏  tкรђ
ןкt 200314

DI SEBUAH FASE

DI SEBUAH FASE

aku tak hendak berpaling atau berpulang pada kenyataan
hanya sekedar alir berjalan
abaikan cabang-cabang pilihan di kiri dan kanan
seperti juga keyakinanmu mulai kubenarkan pemakluman adalah jawaban dari warna warni kehidupan yang menguliti perasaan

jika ragu bak sebongkah batu
biarlah peluh menetes dalam perasan jemari
waktu
menepismu seringan debu meski lekat bukanlah tabu

dan, angan pun telah renta
serupa peradaban yang purba
tertinggal di lampu dan cahaya taman kota
jelmaku adalah gedung tua
kerinduan bukan pada telanjang mata tetapi
dari nurani di bibir kata oleh hati yang
terbuka melapang dada

OT
JKT'11

KUATRIN BUNGA DI TEPI JALAN

KUATRIN BUNGA DI TEPI JALAN

1/
Meski gerimis hanya singgah sebentar
Ada kuntum yang gemetar
Kelopaknya mekar memendam bosan
Sebagai bunga liar, bukan indah lukisan

2/
Saat-saat purnama turun
Ia ingin sekali tampak anggun
Serupa teratai di tengah kolam
Bukan lagi hanyut pada desiran malam

3/
Ketika embun datang menyentuh
Kemudian luruh tanpa keluh
Seperti mendapat suluh, ia mengangguk pelan
Gugur, ringan seolah tanpa beban

คкรคгค  ђคtเ
๏ภ๏  tкรђ
ןкt' 0314





Rabu, 12 Maret 2014

PENGEMIS

PENGEMIS

1/
Seperti mengingat yang hilang di terik siang, pengemis itu lama terdiam dan telanjang. Tak digubrisnya orang berlalu-lalang, bahkan yang datang menyumbang pakaian, pangan dan uang. Seorang pembesar lewat memberikan mimpi, sontak ia melonjak girang. Sejak itu mimpi, sepanjang hari, bulan dan tahun selalu ditimang-timang sayang.

Tiba-tiba ia sangat berduka, ketika mimpi menjelma tulang. Lalu anjing-anjing gendut milik pembesar itu saling berebut melarikannya ke atas ranjang, sebagian lagi menimbunnya ke dalam gudang.

2/
nanti saja, jika tuan tidak sedang mabuk
pura-pura lupa atau sibuk
jangan samakan dengan jembel busuk
dengung suara kami dapat menggiringmu masuk dan terpuruk
anggap saja nyamuk
sedikit darah dan keringatmu yang kami teguk
tak kan menghalangi tuan menjadi gemuk

3/
Gubuk kardus ini benar-benar nyaman dan kerap menghadirkan mimpi. Seperti subuh tadi, sebelum pasukan siluman yang keluar dari laci pimpinan itu datang menyiramnya dengan api. Aku sedang menikmati
peran sebagai pakar strategi, berbagi kiat mengemis dan menarik simpati. Lalu tuan menangkap, menanamnya sebagai naluri. Mungkin, kelak menjadi kurikulum negeri ini.

Jkt'13

Senin, 10 Maret 2014

MENGECUPMU

MENGECUPMU

rintik hujan dan secangkir kopi
sepasang sajak yang paling mengerti
dingin menyelusupi sepi
wangi kenangan yang mengepul rapi
serupa bayangmu yang tak lelah menari-nari menggoda birahi

sayang, bersiaplah pejamkan mata
kulumat kata dari bibirmu yang sedikit terbuka
kita kan terbang dalam perjalanan doa
sejak mula sentuhan pertama
hingga nikmat getar-getarnya terasa lapang di dada

rintik hujan dan secangkir kopi
sajak-sajak belum akan berhenti
meski kelak ia sendiri

คкรคгค  ђคtเ
๏ภ๏  tкรђ
ןкt 100314