Senin, 01 September 2014

LEPAS

"Bangunlah, Fah! Kau pasti lupa lagi untuk merawat taman kita." Lelaki kumal itu hanya menggeliat dan menarik selimut yang sudah merosot dan hampir jatuh dari ranjang. "Fah, ini hari Minggu, sayang. Waktunya merawat Lilyku. Aku ingin musim semi nanti semerbak wanginya di beranda kita."

Kali ini Fah menjawab dengan geram.
"Kenapa selalu Lily putih. Kau tahu aku selalu ingin berikan warna merah yang rekah untukmu, Riri. Tapi kau menginginkan warna itu. Sebab itulah aku enggan merawatnya."
Diangkatnya gelas tinggi-tinggi. 
"Untukmu, Ri! Aku bersulang bergelas-gelas anggur, sebelum malam semakin lumpur."
Lengang, tatapan kosong, kamar yang berantakan. Berapa tahun Fah segila itu? Dan baru menyadari, Riri sudah marah ke sekian kali. Tak kembali

Hujan dan angin
Sepasang sajak yang paling dingin
Basah yang digenangkan
Gigil yang disempurnakan
Seperti juga jejak cumbuan kemarin
Selalu saja gagal kutepiskan

Malam ini aku kembali ke rumah puisi
Tempat yang tak dapat kuinsyafi
Di sini, kau berhenti berlari
Rebahkan mimpi
Membangun sunyi
Mengenalkan wangi putih lili

Saat-saat ketiduran semalam
Separuhnya, kunci ini masih kugenggam
Separuhnya lagi remuk redam
Jatuh dalam janji yang paling diam
Kudekap lagi setengah pejam
Di tubuhmu puisiku bersemayam

Awal September 2014
Ono & Fy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar